Media Pembesaran dan Padat Penebaran Pada Budidaya Ikan Lele



Media pembesaran untuk budidaya lele lebih fleksibel. Media apa saja dapat digunakan, termasuk daerah perairan yang berkadar garam tinggi. Perairan yang minim dengan kadar oksigen pun dapat dimanfaatkan untuk usaha pembesaran lele.

1. Kolam

Kolam paling sering dimanfaatkan untuk budidaya pembesaran lele, baik kolam tanah, kolam tembok atau tanggul tembok dasar tanah. Luas kolam dapat berkisar 50-200 m persegi dengan kedalaman 1,25-1,5 m. Debit air yang dibutuhkan untuk budidaya lele adalah 10 liter/menit. Ada kecenderungan sekarang ini masyarakat memanfaatkan kolam yang berukuran kecil, dengan padat tebar 50-300 ekor/m2.

 

2. Kolam tadah hujan

Kolam yang airnya berasal dari tadah hujan disebut kolam tadah hujan. Tanah liat sedikit berpasir dapat langsung dibuat kolam sebagai tempat menampung air. Namun bila tanah berpasir (porous) maka dasar kolam harus dibuat dari bahan yang dapat menahan air, diplester semen atau diberi lapisan plastik. Ukuran kolam berkisar 50-100 m2 dengan kedalaman 1,2-1,5 m.

Pada waktu budidaya, kurangnya pergantian air dapat menyebabkan kualitas air di kolam memburuk dan dapat meracuni ikan budidaya. Pemberian pupuk yang berlebih juga dapat menumbuhkan plankton yang dapat menurunkan kadar oksigen. Penutupan atau pemberian naungan di atas perairan dapat mengurangi evaporasi yang terjadi. Pada waktu turun hujan selama budidaya dilakukan, air hujan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Kepadatan tebar ikan yang dianjurkan pada kolam tadah hujan berkisar 5-20 ekor/ m2.

3. Kolam terpal

Kolam terpal cukup praktis untuk usaha pembesaran lele. Pembesaran di kolam terpal dapat dilakukan dengan kepadatan 50-150 ekor/ m2. Dengan manajemen air yang baik, pembesaran di kolam terpal dapat menghasilkan panen yang maksimal.

4. Hampang

Hampang dapat digunakan untuk pembesaran lele, namun cara ini jarang ditemui karena model ini hanya dapat dilakukan di perairan umum. Pada budidaya ikan di hampang, kualitas air harus diperhatikan. Jangan sampai airnya tercemar karena hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan ikan di dalamnya. Padat tebar 50-200 ekor/ m2.

5. Keramba

Lele dapat dibudidayakan di keramba, terutama untuk pembesaran. Keramba dapat ditempatkan di sungai, waduk, danau, atau rawa-rawa. Padat tebar sekitar 100-150 ekor/m3 dengan ukuran awal 50 g dan masa pemeliharaan 1-2 bulan dengan bobot panen 100-300 g/ekor.

Ada beberapa hal perlu diperhatikan dalam budidaya lele dengan karamba, antara lain:

a. Keramba yang diletakkan pada badan sungai apabila tidak diatur dengan baik dapat menghambat arus sungai, jebakan sedimentasi dan menjadi tempat tersangkutnya sampah. Sampah yang menumpuk di salah satu sisi dinding akan membuat arus sungai terhambat. Bila dibiarkan maka sampah tersebut dapat menimbulkan masalah bagi ikan lele yang ada di dalam karamba.
b. Apabila tercemar bahan berbahaya maka akan langsung mengenai ikan lele, tanpa dapat dicegah atau diminimalisir.

6. Keramba jaring apung

Pememliharaan lele dengan keramba jaring apung (cage culture) biasanya untuk pembesaran, sangat jarang digunakan untuk pendederan. Padat tebar yang dianjurkan sekitar 100-150 ekor/m3 dengan ukuran awal 50 g. Dengan masa pemeliharaan 1-2 bulan, akan dihasilkan berat sekitar 150-250 g/ekor.

Penempatan keramba jaring apung yang cocok (terutama pada perairan yang berarus tenang) dan konstruksi yang benar, sistem ini bisa memberikan lingkungan yang paling optimal dibanding sistem lain (kolam, tambak, dll). Pada sistem ini kita dapat menebar ikan dengan kepadatan yang relatif tinggi, tergantung spesies yang dibudidayakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar