Pembenihan dan Pendederan Pada Budidaya Ikan Lele



Setelah telur lele ditetaskan dan menjadi larva, ada proses penanganan lebih lanjut, yaitu pendederan dan pemanenan benih. Pendederan merupakan pembesaran benih agar diperoleh benih yang lebih baik. Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap ditebar di unit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual.

Ukuran benih untuk pendederan disesuaikan dengan permintaan pasar. Ada beberapa ukuran yang ada di pasaran, yaitu: 
  • Benih 1-3 cm, umur 20 hari.
  • Benih 3-5 cm, umur 40 hari.
  • Benih 5-8 cm, umur 54 hari.
  • Benih 8-12 cm, umur 75 hari.

Keberhasilan pendederan dinilai dari kelangsungan hidup benih (SR, Survival rate dalam %) yang tinggi. Tingkat kelangsungan hidup benih adalah jumlah benih yang hidup setelah dipelihara beberapa waktu dibagi jumlah benih pada awal pemeliharaan, dinyatakan dalam persen (%).

Selain kelangsungan hidup, laju pertumbuhan panjang benih dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pemeliharaan. Laju pertumbuhan panjang benih merupakan pertambahan panjang benih yang dicapai setelah dipelihara dalam kurun waktu tertentu.

1. Wadah pendederan

Pendederan lele dapat dilakukan dengan wadah apa saja, asal dapat menampung benih ikan. Media tersebut hendaknya dapat dimanipulasi sehingga dapat diberdayakan sebagai tempat pendederan yang optimal. Pendederan lele dapat dilakukan pada media perairan seperti kolam, sawah, bak/tangki, keramba, atau jaring apung.

a. Pendederan di kolam
Pendederan dapat dilakukan di kolam, baik kolam tanah, tembok, atau variasi keduanya. Ukuran kolam jangan terlalu luas agar mudah dikelola. Kolam berukuran kurang lebih 20 m2 per petak sudah cukup. Kolam juga dapat dilengkapi dengan petak-petak hapa berukuran 1x2 m. Untuk kolam yang menggunakan hapa, padat penebaran dapat mencapai 2.000-5.000 ekor/m3. Namun bila tanpa hapa, padat penebaran sekitar 200-300 ekor/m2 untuk benih berukuran 1-3 cm.

Untuk pendederan di kolam tanah perlu dilakukan pengolahan tanah, pengapuran (100-500 kg/ha) dan pemupukan yang memadai karena benih ikan membutuhkan makanan alami seperti zooplankton dan hewan renik yang hanya diperoleh dari hasil pemupukan. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik, seperti kotoran ternak/kandang/hijauan daun dan pupuk anorganik, Urea dan TSP. Pupuk kandang berkisar 5-15 ton/ha, sedangkan urea 50-100 kg/ha dan TSP 100-150 kg/ha. Pupuk organik berfungsi sebagai penyubur tanah dan media penumbuhan pakan alami, sedangkan pupuk buatan untuk penyubur dan penumbuh plankton di perairan.

b. Pendederan di bak
Tempat seperti bak atau tangki dapat digunakan sebagai tempat pendederan benih lele. Kapasitas bak yang sering digunakan 3-8 ton atau 2x3, 2x4 atau 2x5 diisi air setinggi 0,3-0,5 m. Pada pendederan dalam bak, pergantian air dilakukan secara kontinu. Persiapan yang harus dilakukan adalah mendesinfektan bak tersebut dengan klorin. Padat penebaran berkisar 50-200 ekor/m3.

c. Pendederan di sawah
Pendederan lele juga dapat dilakukan di sawah. Caranya adalah sebagai berikut: 
1) Cara mina padi, adalah pendederan yang dilakukan dengan atau bersama penanaman padi. Di dalam petakan sawah dibuat petak-petak kolam untuk media pemeliharaan ikan. Bentuk kolam dapat berupa saluran di tepi, melingkari sawah. Kedalaman saluran yang akan digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan sekitar 50 cm.
2) Cara penyelang, adalah pemeliharaan ikan dalam sawah sebagai penyelang di antara kegiatan pemeliharaan padi, yaitu ketika 1) lahan sawah sedang digenangi sehabis panen, sambil menunggu pengolahan tanah berikutnya, dan 2) selama penyemaian dan lahan sawah digenangi air menunggu penanaman.

Lama pemeliharaan ikan dalam pola ini sekitar 15-30 hari saja. Benih lele dumbo yang ditebar berukuran 1-2 cm dengan padat tebar 20-50 ekor per m2. Biasanya ikan dapat tumbuh dengan cepat mengingat sawah saat habis panen memiliki kandungan pakan alami (daphnia, infusaria, moina, rotifera) yang melimpah.

d. Pendederan di keramba
Pendederan benih lele juga dapat dilakukan di karamba. Karamba dapat diletakkan di kolam, sungai, atau genangan air lain seperti rawa atau embung yang memiliki aliran air cukup tenang. Kotak karamba dapat dibuat dari bahan bambu, kayu, logam atau kawat. Ukuran yang ideal 1x1x2 m. Untuk lele, karamba harus mengapung di permukaan air sehingga sebagian permukaan kurungan terlihat. Sebaiknya dasar kurungan minimal berada 1 meter dari dasar perairan. Padat penebaran 100-300 ekor/m3.

e. Pendederan di jaring apung
Jaring apung juga dapat digunakan untuk pendederan. Jaring apung dibuat dari jaring nilon dengan pelampung. Mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran benih ikan yang ditebar. Jaring apung ditempatkan pada badan air yang cukup dalam dengan aliran air yang tenang atau terlindung dari hempasan angin. Jaring apaung berukuran 8x6x1 m atau 7x7x1 m. Mengenai besarnya jaing apung dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi perairan. Padat penebaran pada jaring apung sekitar 300 ekor/m3.

2. Pemanenan benih

Ukuran lele yang dipanen disesuaikan permintaan pasar. Ada pembudidaya yang memanen lele berukuran 3-5 cm atau 5-8 cm. Mereka melakukannya dengan pertimbangan tertentu, di antaranya untuk melayani permintaan pasar, keterbatasan lahan dan modal, atau menginginkan percepatan perputaran modal.

Pemanenan lele dapat dilakukan secara keseluruhan maupun bertahap. Panen keselurahan dilakukan dengan mengambil seluruh ikan dari wadah budidaya. Pemanenan di kolam dilakukan dengan mengalirkan air ke saluran pembuangan sehingga benih mengumpul di dekat saluran pembuangan. Pemanenan bertahap dilakukan dengan menggunakan waring plastik berukuran 1,5x3 meter, yang diserokkan ke dalam air kemudian diangkat secara bersamaan sehingga benih ikan ikut terangkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar